Sejak kecil dalam benak saya, bahwa setiap orang di ciptakan
berbeda. Dengan segala strengthens dan weakness nya sendiri-sendiri.
Nobody is perfect in this
world. Nobody have same personality like you, they have a strengthens in one
side and weakness in other side.
Pola asuh anak yang berkaitan erat dengan kepribadian dan cara mereka menghadapi kehidupan selanjutnya.
Banyak orang di lingkungan kita yang secara sengaja ataupun tidak sengaja membanding-bandingkan anak dengan anak lainnya, dengan tujuan agar anak nya menjadi lebih baik.
“Liat itu si A bisa ini itu ini itu”
“Kamu kok nggak kaya si B yang ini itu ini itu”
Bahkan, percakapan yang secara tidak sadar menyakiti hati si
anak “Enak ya Ibu itu punya anak si C, si C bisa sekolah disini. Si C pinter si memang”
Apakah benar caranya?
Membandingkan anak-anak sama hal nya kita tidak menghargai
mereka secara individu. Sama hal nya kita membentuk mereka menjadi pribadi yang
kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri atau malah bahkan bisa menjadi pribadi
yang membangkang, pribadi yang cuek dan acuh tak acuh.
Kenapa membangkang? Karena anak merasa bisa mengerjakan
sesuatu itu lebih dari orang yang dibandingkan atau egois dan mau nya benar
sendiri, bisa menjadi membenci orang yang dibandingkan dan bisa menjadi orang
yang tidak bisa menerima kekalahan.
Apa yang terjadi kemudian, anak tidak akan mengganggap orang
tua nya adalah tempat berbagi, anak akan menyimpan semua cerita dalam dirinya
sendiri.
Apa yang terjadi kemudian? Anak bisa sakit maag.. Karena
terlalu sering gelisah (Hahahah just joke, but eniwei it is true, anxiety can cause Gastritis)
Apa yang seharusnya dilakukan? Cintai anak apa ada nya dan
terus memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik (Katanya Mbak Nadia Psikolog Universitas Surabaya, dikutip dari salah satu Artikel nya)
Apakah bisa nantinya saya sebagai orang tua mengerem ucapan
yang semestinya tidak terlontar dari seorang Ibu. Mari belajar mulai sekarang.
Somehow, ini berlaku juga untuk pemimpin.